Bagaimana Mendapatkan Ide?

Bagaimana Mendapatkan Ide?

Seringkali dalam melaksanakan kegiatan secara berkelompok kita tidak tahu bagaimana mengumpulkan ide-ide untuk melakukan perbaikan.
Modul Training QCC

Modul Training QCC

Baik sobat, untuk mempermudah para fasilitator dalam melaksanakan aktivitas training, berikut saya sharing modul training yang bisa digunakan / dimodif lagi untuk mempermudah sobat sekalian


Berikut saya sampaikan link download terbaru & materi juga sudah saya update. 
SS (Sumbang Saran) / Kaizen

SS (Sumbang Saran) / Kaizen

SS / Sumbang Saran / Kaizen adalah improvement / perbaikan yang dilakukan secara individual atau perorangan dan tidak membutuhkan metode problem solving atau metode pemecahan masalah yang rumit.
CFT (Cross Fungtional Team)

CFT (Cross Fungtional Team)

 Definisi CFT (Cross Fungtional Team)
Cross Fungtional Team pada dasarnya CFT (Cross Fungtional Team) adalah sama dengan QCC (Quality Control Circle) yakni sejumlah karyawan terdiri dari 3-5 orang yang bertemu secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu (8 langkah & 7 tools) hanya saja CFT ini adalah gabungan dari beberapa departemen atau biasa disebut lintas departemen.
Key Performance Indicator ( KPI )

Key Performance Indicator ( KPI )

Pada dasarnya Key Performance Indicator (KPI) adalah bagian dari Performance Indicators atau indicator kinerja organisasi. Keunggulan Key Performance Indikator (KPI) dibandingkan dengan indikator-indikator kinerja lainnya, adalah bahwa Key Performance Indicator (KPI) merupakan indikator kunci yang benar-benar mampu mempresentasikan kinerja organisasi secara keseluruhan. 


Jumlah indikator kinerja yang dipilih sebagai Key Performance Indicator (KPI) ini biasanya tidak banyak, namun demikian hasil pengukuran melalui indikator tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.Key Performance Indicator (KPI) dapat mengindikasikan kesehatan dan perkembangan organisasi, dan atau keberhasilan kegiatan, program atau penyampaian pelayanan untuk mewujudkan target-target atau sasaran organisasi. Key Performance Indicator (KPI) dapat berbentuk ukuran kuantitatif maupun kualitatif. Namun demikkian, dalam praktek penyusunan Key Performance Indicator (KPI) oleh berbagai organisasi public dan private, sebagaian besar Key Performance Indicator (KPI) berupa ukuran kuantitatif. 


Hal ini dikarenakan, ukuran kuantitatif relatif lebih mudah digunakan dalam proses penggalian data maupun pada saat pengukuran dan evaluasi. Sedangkan untuk ukuran kualitatif, biasanya memerlukan survey atau kegiatan penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data kinerja yang diperlukan. Proses penggalian data untuk ukuran kualitatif ini seringkali memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pemilihan terhadap bentuk Key Performance Indicator (KPI), apakah kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada kebutuhan dan karakter organisasi. Tidak dapat dipaksakan bahwa semua Key Performance Indicator (KPI) harus kuantitatif atau harus kualitatif. Adapun pertimbangan utama yang harus menjadi dasar dalam pemilihan Key Performance Indicator (KPI) adalah bahwa indikator tersebut dapat diukur (measurable). Hal ini berarti bahwa untuk setiap Key Performance Indicator (KPI), baik ukuran kuantitatif maupun kualitatif sudah tersedia informasi tentang jenis data-data yang akan digali, sumber data, dan cara mendapatkan data tersebut. Selain kriteria ”dapat diukur” tersebut, Key Performance Indicator (KPI) juga harus memiliki sejumlah kriteria lain. Pada beberapa literatur disebutkan kriteria-kriteria Key Performance Indikator (KPI) yang antara lain meliputi: 
(1) ClearKey Performance Indicator (KPI) terdefinisikan secara jelas dan tidak memiliki makna ganda. 
(2). Relevant: mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-aspek obyektif yang relevan, 
(3) Economic: data/informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia, 
(4) Adequate: oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi dengan yang lain, pengukuran harus menyediakan dasar yang mencukupi untuk menaksir kinerja, dan 
(5) Monitorable: dalam rangka kejelasan dan ketersediaan informasi, indikator harus dapat diterima bagi penilai atau evaluator kinerja yang independent. 


Kriteria-kriteria tersebut diatas adalah alat bantu yang efektive untuk memilih Key Performance Indicator (KPI). Indikator kinerja yang memenuhi kriteria tersebut, sudah barang tentu akan menjadi alat ukur yang memadai untuk mengukur perkembangan pencapaian tujuan organisasi. Adapun indikator kinerja yang tidak memenuhi keseluruhan criteria tersebut, lebih baik tidak dijadikan Key Performance Indicator (KPI) bahkan tidak perlu digunakan sebagai indikator kinerja. Adalah sangat penting untuk mendefinisikan secara jelas masing-masing Key Performance Indicator (KPI), dan menjadikan definisi tetap selama beberapa tahun. Tiap definisi KPI harus memuat judul, definisi, dan cara mengukur. Selanjutnya, setelah Key Performance Indicator (KPI) didefinisikan dan siap digunakan untuk mengukur, target yang jelas harus dirumuskan dan dapat difahami oleh seluruh orang. Target tersebut juga harus spesifik sehingga setiap individu dalam organisasi dapat mengambil tindakan dalam rangka pemenuhan target tersebut. Jika dipandang perlu, target tersebut juga dilengkapi dengan time frame, yang memberikan informasi waktu kapan target tersebut harus sudah diwujudkan
Persyaratan ISO 9000

Persyaratan ISO 9000

Syarat ISO 9000
Bagian ini menjelaskan ringkas fitur penting dari keluarga ISO 9000.
Standar keluarga ISO 9000 merupakan konsensus internasional mengenai praktek-praktek manajemen mutu yang baik. Ini terdiri dari standar dan pedoman yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu dan standar pendukung terkait.
ISO 9001:2008 adalah standar yang menyediakan satu set persyaratan standar untuk sistem manajemen mutu, terlepas dari apa yang digunakan suatu organisasi, baik ukuran, atau apakah itu di sektor swasta, atau publik. Ini adalah satu-satunya standar dalam keluarga terhadap organisasi yang dapat disertifikasi - meskipun sertifikasi bukan merupakan persyaratan wajib standar.
Standar lain di dalam keluarga mencakup aspek-aspek tertentu seperti fundamental dan kosa kata, peningkatan kinerja, dokumentasi, pelatihan, dan aspek keuangan dan ekonomi.

Mengapa suatu organisasi harus menerapkan ISO 9001:2008?
Tanpa pelanggan yang puas, sebuah organisasi dalam bahaya! Untuk menjaga pelanggan yang puas, satu organisasi harus memenuhi kebutuhan mereka (pelangan). Standar ISO 9001:2008 memberikan kerangka yang telah dicoba dan diuji untuk mengambil pendekatan sistematis untuk mengelola proses organisasi sehingga mereka secara konsisten menghasilkan produk yang memuaskan harapan pelanggan.

Bagaimana model ISO 9001:2008 bekerja
Persyaratan untuk sistem kualitas telah standar - tapi banyak organisasi ingin menganggap diri mereka sebagai unik. Jadi bagaimana ISO 9001:2008 memungkinkan untuk menciptakan keragaman, di satu sisi, seorang "Mr dan Mrs" perusahaan, dan di sisi lain, untuk sebuah perusahaan manufaktur multinasional dengan komponen pelayanan, atau utilitas publik, atau administrasi pemerintahan.
Jawabannya adalah bahwa ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan sistem mutu apa yang Anda harus penuhi, tetapi tidak mendikte bagaimana mereka harus dipenuhi dalam setiap organisasi tertentu. Dengan ruang lingkup yang besar dan fleksibilitas untuk implementasi di sektor bisnis yang berbeda dan budaya bisnis, serta dalam budaya nasional yang berbeda.
Memeriksa bahwa ia bekerja
Standar tersebut mengharuskan organisasi itu sendiri untuk audit ISO 9001:2008 berbasis sistem kualitas untuk memverifikasi bahwa itu adalah mengelola proses secara efektif - atau, dengan kata lain, untuk memeriksa bahwa itu sepenuhnya mengendalikan kegiatannya.

Selain itu, organisasi dapat mengundang klien untuk mengaudit sistem mutu dalam rangka untuk memberi mereka keyakinan bahwa organisasi mampu memberikan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan mereka.
Terakhir, organisasi dapat menggunakan jasa dari badan sertifikasi sistem mutu yang independen untuk memperoleh sertifikat standar ISO 9001:2008. Opsi terakhir ini telah terbukti sangat populer di pasar-karena kredibilitas dirasakan dari penilaian independen.

Sehingga organisasi dapat menghindari audit dari klien, atau mengurangi frekuensi atau durasi audit klien. Sertifikat ini juga dapat berfungsi sebagai referensi bisnis antara organisasi dan klien potensial, terutama ketika pemasok dan klien yang baru satu sama lain, atau jauh secara geografis, seperti dalam konteks ekspor.

Definisi / Pengertian ISO

Definisi / Pengertian ISO

Pengertian ISO
Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.

Kebutuhan Standar Internasional
Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan terhadap teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam “technical barriers to trade (TBT)” atau “hambatan teknis perdagangan”. Industri-industri pengekspor telah lama merasakan perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan internasional. Dari timbulnya permasalahan inilah awalnya organisasi ISO didirikan.
Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi yang mencakup berbagai bidang, antara lain bidang informasi dan telekomunikasi, tekstil, pengemasan, distribusi barang, pembangkit energi dan pemanfaatannya, pembuatan kapal, perbankan dan jasa keuangan, dan masih banyak lagi. Hal ini akan terus berkembang untuk kepentingan berbagai sektor kegiatan industri pada masa-masa yang akan datang.
Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain karena hal-hal sebagai berikut :
• Kemajuan dalam perdagangan bebas di seluruh dunia 
• Penetrasi teknologi antar sektor 
• Sistem komunikasi di seluruh dunia 
• Standar global untuk pengembangan teknologi 
• Pembangunan di negara-negara berkembang 

Standardisasi industri adalah suatu kenyataan yang diperlukan di dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah dikenal. Standar seperti ini perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan melalui konsensus dari semua pihak yang berperan dalam sektor tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan seringkali juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi dan kriteria untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan persyaratan dari jasa yang ditawarkan. 
Tujuan penyusunan standar adalah untuk memfasilitasi perdagangan, pertukaran, dan alih teknologi melalui :
Peningkatan mutu dan kesesuaian produksi pada tingkat harga yang layak
Peningkatan kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan, dan pengurangan limbah
Kesesuaian dan keandalan inter-operasi yang lebih baik dari berbagai komponen untuk menghasilkan barang maupun jasa yang lebih baik
Penyederhanaan perancangan produk untuk peningkatan keandalan kegunaan barang dan jasa
Peningkatan efisiensi distribusi produk dan kemudahan pemeliharaannya
Pengguna (konsumen) lebih percaya pada barang dan jasa yang telah mendapatkan jaminan sesuai dengan standar internasional. Jaminan terhadap kesesuaian tersebut dapat diperoleh baik dari pernyataan penghasil barang maupun melalui pemeriksaan oleh lembaga independen.

Tahapan Budaya Yang Terbentuk Dalam Mengimplementasi QCC

Tahapan Budaya Yang Terbentuk Dalam Mengimplementasi QCC


Adapun tahapan yang akan terbentuk dalam suatu perusahaan ketika mengimplementasikan aktivitas QCC, yakni:
1. Karyawan dari TIDAK TAHU MENJADI TAHU (tahap perkenalan QCC)
2. Karyawan dari TAHU MENJADI MENGERTI (tahap training lanjutan pendalaman QCC)
3. Karyawan dari MENGERTI KEMUDIAN INGIN MENCOBA (tahap pelaksanaan QCC)
Tips & Trik Sukses Mengimplementasikan QCC

Tips & Trik Sukses Mengimplementasikan QCC

Untuk bisa mengimplementasikan QCC maupun Kaizen didalam suatu perusahaan menurut pengalaman saya dibutuhkan beberapa syarat yakni:

1. Komitmen dari perusahaan
Komitmen dari perusahaan terutama dari jajaran direksi sangatlah diperlukan untuk bisa menjalankan aktivitas QCC ini, mengapa demikian?? karena aktivitas QCC ini membutuhkan tenaga & pemikiran ekstra untuk menjalankannya, dan sebagian orang akan mengangap QCC ini hanyalah menjadi beban pekerjaan belaka (ini hanya diawal saja dan pasti akan terjadi). maka dari itu sangat penting bagi seorang fasilitator dalam QCC untuk mendapatkan "power" dari atasannya untuk menggerakkan team QCC.
7 Tools QCC

7 Tools QCC

Tujuh (7) Perangkat Alat dalam QCC

1. Stratifikasi (Pengelompokan)
Contoh Stratifikasi/ Pengelompokan
Adalah usaha untuk menguraikan dan mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok-kelompok atau golongan sejenis atau menjadi unsur tunggal dari persoalan, sehingga persoalan menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti serta menghindari salah interpretasi.

2. Lembar Periksa (Lembar Data)

Contoh Lembar Periksa/ Check Sheet
Adalah lembaran (sheet) yang digunakan untuk mencatat kegiatan atau kejadian (data) dengan format yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Pengisi sheet tinggal memberikan tanda pada kolom yang sudah disediakan.
Guna lembar periksa ini selain memudahkan dalam pemeriksaan juga memudahkan dalam membuat rekapitulasi dan memudahkan analisis terhadap masalah.
8 langkah & 7 tools  dalam QCC

8 langkah & 7 tools dalam QCC

Ibarat memperbaiki/ modifikasi motor dibutuhkan alat bantu misal obeng, tang, dll. Begitu juga dengan melaksanakan QCC dibutuhkan alat bantu yakni 8 langkah perbaikan & 7 tools alat. berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Delapan (8) Langkah dalam QCC

Sebenarnya delapan langkah untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh QCC merupakan siklus PDCA yaitu Plan (rencana), Do (mengerjakan), Check (memeriksa), Action (tindakan). Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah :
 
Langkah 1 : Menentukan Tema

Tema merupakan kejadian atau masalah yang perlu ditanggulangi oleh tim QCC yang diambil dari masalah yang berkembang di lingkungan kerja QCC. Cara penentuan tema bisa dilakukan 2 cara :

1. Mengambil salah satu masalah (tema) yang menjadi prioritas dari beberapa masalah yang ada di lokasi kerja circle. Hal-hal yang mendasari prioritas ini misalnya masalah tersebut mempunyai peluang besar kontribusinya terhadap mutu usaha (cost, kualitas produk, safety, dsb).

2. Mengambil satu masalah (tema) yang ada di lokasi kerja circle yang menjadi kesepakatan dari semua anggota circle.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tema (penilaian masalah) :
➧ Menyangkut bidang kerja dan mengacu pada kebijaksanaan manajemen (perusahaan).
➧ Mampu dipecahkan oleh circle, terutama pada awal terbentuknya circle, sebaiknya memilih tema yang relatif mudah.
 Masalah (tema) yang dipilih harus spesifik (tidak terlalu luas), sehingga siapapun bisa mengerti dengan jelas dengan membaca tema tersebut.
Idealnya tema diambil dari KPI (Key Performance Indicator) atau indicator penilaian kinerja

Menyajikan Fakta dan Data

Pada langkah ini ditujukan untuk menyajikan semua fakta dan data yang diperlukan untuk mendukung beberapa hal, misalnya :
 Menyajikan data sebagai dasar pemilihan tema (masalah).
➧ Menyajikan data yang menggambarkan masalah yang dihadapi (yang akan diselesaikan)

Alat-alat yang bisa digunakan pada langkah kedua ini misalnya :
๐Ÿ‘‰ Diagram Pareto, digunakan untuk memparetokan semua masalah yang ada di lokasi kerja sehingga bisa diketahui masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu.
๐Ÿ‘‰ Histogram, digunakan untuk menyajikan data-data sebagai gambaran awal dari suatu masalah yang akan diselesaikan.
๐Ÿ‘‰ Peta Kendali, digunakan untuk menyajikan penyimpangan-penyimpangan dari suatu masalah yang dihadapi dan yang akan diselesaikan.
๐Ÿ‘‰ Stratifikasi, lembar periksa, yang keduanya bisa digunakan untuk memulai suatu penentuan tema (masalah)

Lebih lengkap tentang pemilihan tema klik link ini


Langkah 2 : Menetapkan Target

Target harus mencakup SMART yakni:
๐Ÿ‘‰ S : Spesifik yakni mengacu ke satu sasaran permasalahan
๐Ÿ‘‰ M : Measurable yakni terukur (bukan berdasarkan asumsi/ perkiraan)
๐Ÿ‘‰ A : Achievable yakni dapat dicapai, adalah bukan target yg imposible
๐Ÿ‘‰ R : Reasonable yakni memiliki landasan penetapan target
๐Ÿ‘‰ T : Time base yakni ada durasi waktu untuk mencapai target


Langkah 3 : Analisa Kondisi yang Ada (ANAKONDA)

Dalam tahapan ini kelompok QCC harus:
๏ผ‘. Turun langsung ke lapangan (Genba)
Permasalahan tidak bisa dilihat dari ruangan meeting, jadi harus langsung melihat kondisi aktual dilapangan agar tidak berasumsi dan membayangkan. karena tahapan ini sangat penting yang mana akan menentukan tahapan langkah berikutnya benar/ salah.
๏ผ’. Memetakan proses kerja (Genchi)
Petakan urutan kerja/ proses diarea masalah, sehinga pengamatan kita lebih terarah
๏ผ“. Membandingkan kondisi aktual dengan standar (Gembutsu)
Bandingkan kondisi yang terjadi dilapangan dengan standar seharusnya, sehingga kita dapat memperoleh kondisi yang sesuai atau tidak sesuai 

lebih lengkap baca artikel Genba Kaizen 


Langkah 4 : Menentukan Penyebab (ANAPENDA)

Dari hasil Anakonda kemudian tentukan penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan why sebanyak 5 kali

Menentukan penyebab dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
๐Ÿ‘‰ Menentukan semua penyebab yang mungkin berpengaruh terhadap masalah. Untuk menentukan semua penyebab ini bisa digunakan alat diagram Tulang Ikan (Ishikawa) dengan teknik sumbang saran yang melibatkan semua anggota circle.

๐Ÿ‘‰ Memilih penyebab yang paling mungkin (dominan) di antara semua penyebab yang ada (point no. 1). Untuk memilih penyebab yang dominan ini bisa dilakukan 2 cara sesuai dengan karakteristik penyebabnya.

Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya bisa dikuantitatifkan, maka bisa menggunakan diagram pareto sehingga akan dipilih penyebab yang berpengaruh paling besar, atau bisa menggunakan diagram tebar sehingga akan diketahui penyebab-penyebab yang benar-benar memberikan pengaruh terhadap masalah.

Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya tidak bisa dikuantitatifkan (kualitatif), pemilihan penyebab yang dominan bisa dilakukan melalui kesepakatan yang melibatkan semua anggota circle.

Perlu diingat juga bahwa sering dijumpai dari penyebab-penyebab yang sudah dikumpulkan sangat sulit untuk menentukan penyebab yang dominan. Oleh karena itu, pemilihan penyebab yang dominan ini bisa diabaikan dan semua penyebab yang sudah dkumpulkan tadi langsung dibuat rencana penanggulangannya (rencana perbaikan).


Langkah 5 : Merencanakan Perbaikan

Langkah ini bertujuan mencari pemecahan untuk menghilangkan semua penyebab (penyebab yang dominan) yang sudah ditentukan sebelumnya. Merencanakan langkah perbaikan di dalam QCC dapat ditentukan dengan teknik sumbang saran (penyampaian ide) dari semua anggota circle dengan tetap mengacu pada pemilihan langkah perbaikan yang paling efektif dan efisien.
Untuk memudahkan penjabarannya, merencanakan langkah perbaikan bisa menggunakan prinsip 1H-5W yaitu What, Why, How, Who, When dan Where.  

Langkah 6 : Melaksanakan Perbaikan

Langkah ini adalah melaksanakan semua rencana perbaikan yang sudah disepakati dan dibahas dengan matang oleh semua anggota circle.
Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga tentang pentingnya kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota circle sesuai tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga semua pelaksanaan dari rencana perbaikan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.


Langkah 7 : Memeriksa Hasil Perbaikan
Setelah semua rencana sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan yang disepakati, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa hasil dari perbaikan tersebut, untuk mengukur apakah semua perbaikan yang dilakukan oleh circle bisa menanggulangi penyebab yang mempengaruhi suatu masalah.

Cara memeriksa hasil perbaikan ini bisa dilakukan dengan membandingkan kondisi masalah sebelum perbaikan dan kondisi masalah setelah perbaikan atau dengan membandingkan data yang menggambarkan masalah sebelum perbaikan dan data yang menggambarkan setelah perbaikan.

Penyajian data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan hendaknya menggunakan alat yang sama dengan penyajian data yang menggambarkan masalah sebelum perbaikan. Jika sebelumnya menggunakan diagram pareto, maka setelah perbaikan harus menggunakan diagram pareto. Alat-alat lain yang digunakan di langkah ke-6 selain diagram pareto adalah lembar periksa, histogram dan peta kendali.

Langkah 8.1 : Standarisasi

Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah diperiksa dan bisa mengatasi penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan standarisasi yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi kerja circle dan ditujukan pula untuk mencegah masalah yang muncul sebelumnya akan terulang lagi. Jika perlu standarisasi ini juga bisa disebarluaskan kepada lokasi kerja yang lain yang sejenis dengan lokasi kerja circle. Standarisasi yang dibuat bisa meliputi standar untuk cara kerja (metode), manusia (operator/mekanik), material, mesin dan lingkungan kerja.
         
Langkah 8.2 : Merencanakan Langkah Berikutnya

Pada dasarnya merencanakan langkah berikutnya adalah menentukan masalah selanjutnya yang akan diselesaikan oleh circle dan prinsipnya sama dengan penentuan tema masalah seperti di langkah pertama yaitu masalah yang dipilih untuk diselesaikan bisa melalui 2 cara yaitu :
 Memilih masalah yang paling prioritas dari masalah-masalah yang ada di lokasi kerja, atau
 Memilih masalah melalui kesepakatan semua anggota circle

Udah capek ya???  :)
nafas dulu...siapkan secangkir kopi & roti untuk menemani...
Selanjutnya saya akan menerangkan tentang alat bantu dalam melaksanakan QCC, atau biasa disebut 7 Tools. Klik disini untuk penjelasan detailnya 7 Tools QCC

๐Ÿ‘‰ Mau template laporan QCC klik disini ๐Ÿ‘Œ
๐Ÿ‘‰ Mau contoh laporan QCC klik disini ๐Ÿ‘Œ

๐Ÿ‘‰ Butuh pelatihan QCC klik disini ๐Ÿ‘Œ


Salam,
Penulis